HAKIKAT HIDUP
Oleh : Ahmad Fuadi Nasution
Hakikat hidup ini dari mana dan mau kemana, keberadaan manusia di
dunia ini sebenarnya ada di fase tengah-tengah dan ruh kita sebenarnya menempuh
perjalanan yang sangat panjang karena sebelumnya ada dan sesudah nanti ada, kita
hanya sekedar mampir sebentar lalu melanjutkan perjalanan lagi. Berarti dunia
ini bukan asal kita dan bukan tujuan kita jangan sampai kita sebagai manusia
menganggap bahwa dunia adalah tujuan hidup kita. Karena ketika kita jadikan
dunia sebagai tujuan maka kita keluar dari jalur innalillahiwainnailaihirojiun
kita dari Allah dan akan kembali pada Allah. Maka, jangan terlalu diambil hati
atau sepenuhnya tentang dunia ini biarkan dunia berjalan adanya siapkan bekalmu
kita akan melanjutkan perjalanan lagi nantinya bersikaplah secukupnya. Jikalau kita ambil hati didunia ini, maka hati nantinya akan tertambat didunia ini padahal
perjalanan masih jauh dan nafas kita tidak muthmainnah padahal hanya nafs
muthmainnah yang bisa irji’i ila rabbiki inilah yang disebut dalam
NDP BAB 1 tentang dasar-dasar kepercayaan bahwa Tuhan adalah orientasi
kehidupan.
Namun dari hal diatas kita tidak bisa hanya menggunakan akal, diharuskan menggunakan hati dengan menghayati agar keseimbangan antara akal dan hati selaras dan juga tidak cukup hanya dipahami harus di implementasikan sebab paham
gampang. Diatas paham kamu harus bisa merenungkan, direnungkan berarti kamu
harus mencari relevansi dengan kehidupanmu sehari-hari dan ketika sudah ketemu
hasil renungan maka jalankan. Dari hal itu nanti kita akan temukan pencerahan,
dekat dengan kebenaran dan ketenangan. Saya pikir sama seperti Al-Qur’an iqra’
bacalah namun tidak bisa hanya dibaca harus dipahami setelah itu direnungkan,
sama seperti tujuan HMI pertama kali didirikan bahwa ayahanda Lafran Pane ingin
agar mahasiswa pada hari itu mampu menghayati tentang Islam itu sendiri karena ia
melihat mahasiswa pada hari itu kurang tentang penghayatan terhadap Islam itu
sendiri.
Kita hari ini selalu berpikir tentang bagaimana hari esok? Dapat pekerjaan atau tidak? Dapat pasangan atau engga? Cantik atau engga? Bisa kaya atau engga? Bisa punya mobil apa ga? Bisa punya rumah atau engga? Dan seterusnya. Nah hal ini yang kadang membuat kita terhalangi, kita selalu terjebak padahal yang mainstream-mainstream bahkan gara-gara orang Islam kita tidak paham Islam yang benar itu seperti apa karena kita selalu terjebak dengan “Oh itu Islam yang ini, itu dan seterusnya “.
Fana fillah lenyapkan egomu ganti dengan ALLAH, lenyapkan keinginan mu ganti dengan keinginan ALLAH. Untuk mencapai fana fillah kita tidak sekedar hanya jangan melakukan perbuatan dosa tetapi juga kita jangan melakukan perbuatan yang tidak pantas atau perbuatan yang akibatnya negatif. Jadi jadikanlah akal jasmani lahiriah sebagai alat untuk menggapai yang lebih dalam dan lebih tinggi, maka apapun pengalamannya, kita punya apapun mengerti ilmu apapun punya harta apapun punya kebisaan apapun harus dalam rangka mendukung berjalan semakin dekat dengan ilaihirojiun. Bahkan ALLAH sangkin sayangnya sama kita, tidak cuma itu kita dikasih buku pedoman kitab suci Al-Qur’an dan tidak itu juga karna khawatir kita tidak membacanya kita dikasih Nabi/Rasul dalam rangka agar langkah kita menuju ilaihi rojiun itu tidak keliru.
Hari ini perlu kita pahami bahwa tuhan menciptakan kita semua
berbeda agar kita saling melengkapi , sepertiyang tertera di Al-Qur’an Surah Al Hujurat ayat 13, disitu Allah
berfirman: "Wahai manusia, sesungguhnya Aku menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Hendaknya kita harus mampu menghayati apapun yang menjadi langkah
ataupun yang kita alami di dunia ini tetaplah optimis bahwa kita hidup di dunia
ini tentulah berguna selagi Tuhan menjadi orientasi hidup kita, sebagai manusia
tetaplah kita sederhana dalam menyikapi kehidupan agar kiranya kebijaksaan
tercipta dalam diri kita.
Masyaallah luar biasa memang ketum kita ini
BalasHapus