Langsung ke konten utama

PEREMPUAN BUKAN WANITA

PEREMPUAN BUKAN WANITA

Oleh : Elsa Putri Handayani Siregar





Tahukah kamu apa beda wanita dan perempuan? Apasih itu perempuan? Apa itu wanita? 

Seluruh perempuan akan merayakan Hari Perempuan Internasional tepat pada tanggal 8 Maret. Hari Perempuan Internasional bukan Hari Wanita Internasional.

Saat kita mendengar kata perempuan dan wanita, kadang seperti ada kelas sosial yang berbeda antara keduanya. Dari beberapa sumber menuliskan bahwa perbedaan perempuan dan wanita adalah umur, di mana perempuan adalah sebutan anak-anak sedangkan wanita adalah sebutan dewasa. 

Kata perempuan berasal dari kata dasar empu yang berarti "puan" atau "orang yang mahir/berkuasa". Terdapat makna yang cukup dalam di sini. Kata ini berarti bahwa perempuan memiliki kuasa penuh akan tubuhnya dan menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Seiring berjalannya waktu, kata perempuan bergeser maknanya di masyarakat menjadi hal-hal yang berkaitan dengan keistrian dan rumah tangga. Dengan kata lain, jika seseorang disebut sebagai perempuan, sering disalahartikan hanya sebagai penunggu rumah saja. Padahal, secara arti, perempuan memiliki makna kemerdekaan seseorang tanpa kewajiban melayani atau diinginkan.

Lain dengan kata wanita. Wanita, dalam etimologi bahasa Jawa, diterjemahkan sebagai "wani ditoto", artinya "berani diatur". Bergerak dari sini, maka sulit bagi seorang wanita untuk memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri, apalagi di masyarakat. Maka, seorang wanita tidak bisa menghindar jika didikte oleh seorang pria. Singkat kata, penggunaan wanita cenderung membuat seseorang menjadi objek saja, karena tidak merdeka atas dirinya sendiri. Dalam hal ini, jelas sekali wanita sesuatu yang diinginkan para pria. Secara mendalam, wanita baru dilihat dan dianggap ada karena diinginkan pria.

Makna etimologis yang menguatkan tersebut kemudian memunculkan pemahaman bahwa kata 'perempuan' justru menempatkan kaum hawa sejajar (atau bahkan lebih tinggi) dengan kaum adam. Pelekatan kata perempuan seperti menguatkan. Memberikan energi baru.

Tak seperti wanita yang lekat dengan urusan keputrian, perempuan terasa lebih punya kuasa. Mandiri dan berdaya. Hal itulah yang mungkin kemudian mendasari pergantian nama kementerian dari "peranan wanita" menjadi "pemberdayaan perempuan".

Semoga saja nilai rasa yang menimbulkan kesan positif itu bisa membawa perempuan Indonesia pada keseimbangan peran dan kesetaraan gender antara pria dan perempuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Oleh : Ajeng Febrian Surbakti      Sebagai mahasiswa itu sendiri, kampus adalah rumah kedua kita, tempat kita menimba ilmu dan membentuk mimpi-mimpi yang lama kita bangun. Namun, bayang-bayang kekerasan seksual yang mencuat di UINSU baru-baru ini merobek rasa aman yang seharusnya kita rasakan. Sebagai kader (Himpunan Mahasiswa Islam) HMI, sepatutnya kita tidak bisa tinggal diam. Dalam tulisan ini saya, Ajeng Febrian Surbakti ingin mengulas sedikit lewat teropong kader HMI. Perlu diketahui benang kusut permasalahan ini merupakan tanggung jawab moral kita bersama, bukan hanya sebagai individu, tetapi sebagai bagian dari gerakan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.      Dari sudut pandang mahasiswa, salah satu akar masalah yang paling terasa adalah kurangnya ruang aman dan mekanisme pelaporan yang efektif. D...

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS Oleh: Rizky Nanda Pratama Sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pembahasan ini, ada baiknya kita menilik kembali sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Apa sebenarnya HMI? Mengapa organisasi ini didirikan, dan apa alasan keberadaannya masih dipertahankan hingga kini? Memahami sejarah dan tujuan HMI sangat penting agar setiap kader dapat menyerap pesan yang terkandung di dalamnya. Tanpa pemahaman yang utuh, ada risiko bahwa kader tidak akan terlibat aktif dalam perjuangan untuk mewujudkan misi HMI. Dampaknya bisa beragam: misi yang berbunyi “terbinanya insan akademik, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala” dapat dianggap sebagai sekadar susunan kata tanpa makna, bahkan dapat dianggap sepele sehingga tidak layak untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, memahami HMI secara menyeluruh, termasuk motivasi di balik pendirian...
  Curhatan Mahasiswa Tentang Kuliah Daring Selama Pandemi Oleh : Desi Rambe      Banyak sekali suka duka yang dialami mahasiswa pada saat ini dalam kegiatan kuliah daring selama pandemi. Kuliah daring tentunya berdampak secara langsung civitas akademika kampus, baik itu tenaga pendidik, tenaga kepegawaian, hingga mahasiswa. Mahasiswa merasakan campur aduk antara senang dan sedih dengan keputusan kuliah daring sampai saat ini. Mahasiswa mengaku sedih karena banyaknya kendala dan perkuliahan yang tidak semaksimal kuliah tatap muka, mulai dari kendala jaringan dan lain sebagainya. Dan senangnya kuliah daring karena tidak dipaksakan masuk ke kampus saat kondisi belum membaik sepenuhnya.      Mahasiswa stambuk 2020 yang tidak pernah sama sekali merasakan kegiatan perkuliahan secara tatap muka langsung dengan dosen masih berharap agar bisa dilakukan kegiatan perkuliahan ini secara offline . Banyak haluan yang timbul di benak mahasiswa sewaktu menjadi mahasis...