DARI TIMUR SUMATERA
Oleh: M. Kharisma Adinata
Salam
sejahtera untuk kita semua,
Semoga
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya
Permasalahan
besar bangsa ini adalah kampus menjadi tempat manusia bodoh yang berlagak sok
pintar, manusia yang lebih mementingkan individualistik daripada kepentingan
orang banyak, manusia yang lebih memilih menjadi palsu daripada terlihat apa
adanya. Kita menjadi lupa bahwa pada dasarnya kita ini adalah Agent of Change (agen perubahan), Sosial Control (kontrol
sosial) yang harusnya menjadi pelopor perubahan dan garda terdepan mengatakan
tidak pada ketertindasan. tapi nyatanya kita dininabobokkan dengan segala
rangkaian kegiatan yang katanya bentuk pengabdian kepada masyarakat sebagai
manifestasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ruang-ruang kelas tak lagi
menjadi tempat berternak pikiran, ruang kelas menjadi tempat ajang pamer
kekayaan, tempat menanam benih kemunafikan, menjadi sarang untuk manusia yang
mengejar nilai A yang kapanpun siap dan rela menjilat telapak kaki dosen. A
diatas kertas belum tentu A dalam berkehidupan sosial, A diatas kertas belum
tentu A secara sikap dan prilaku. Ruang kelas menjadi kluster-kluster,
tembok-tembok yang memisahkan antara si kaya dan si miskin, si rajin dan si
pemalas, si pintar dan sibodoh. Kita dibelenggu dalam sebuah penjara bernama
kota yang dikemas dengan ciamik dalam tempat bernama universitas. Padahal jika
dimaknai bersama, setiap pribadi itu unik antara yang satu dengan yang lainnya.
Menjadikan kita makhluk sosial dengan beraneka ragam ras, suku dan budaya. Tapi
lagi-lagi, penjara bernama kota itu disembah, bertindak seolah-olah menjadi
patron penyeragaman tapi nyatanya membawa pada kesesatan berpikir dan
kedangkalan hakikat. Kita sering lupa pada hal-hal kecil diluar sana, kita
sering lupa ada manusia diluar sana yang mengais sisa makanan untuk mengisi
sejengkal perutnya, tapi kita sibuk menghambur-hamburkan makanan diatas meja
restoran. Kita sering lupa diluar sana ada manusia yang sibuk memungut sampah
untuk dijual kemudian dijadikan sesuap nasi, tapi kita malah sibuk membuang
sampah tak pada tempatnya. Maka tak heran yang kemudian menduduki
jabatan-jabatan eksekutif dan legislatif adalah orang-orang yang kepekaan
sosialnya tak pernah dibangun sedari menjadi mahasiswa, karena nuraninya lebih
peka pada apa-apa yang disebut “UANG”. Kita sering marah pada orang-orang yang
tak punya rasa sosial, namun layaknya seorang kekasih marah saja tak cukup
untuk menyembuhkan luka. Harus ada tindakan nyata, mulailah dari dirimu. Karena
sebesar apapun omongan ia tetaplah omongan, sekecil apapun perbuatan tetaplah
ia perbuatan. Aku teringat pada kata-kata rekan seperjuanganku, semoga ia sehat
selalu, katanya untuk menjadi maju kita perlu berkembang dan untuk berkembang
kita butuh yang namanya perubahan seringkali perubahan menuntut ketidaknyamanan
membuat kita terjebak dalam ketakutan sehingga memilih menjadi palsu. Berbahagialah ia yang merdeka. Merdeka atas
ketakutan, merdeka untuk menentukan jalannya sendiri. Pesanku untuk kita semua,
negara sedang tidak baik-baik kawan, kalau kau terus sibuk dengan angka-angka
maka jangan heran kelak negara ini hanya tinggal “NAMA”, mulailah bangun
perubahan dari diri sendiri. Layaknya yang bung karno katakan, “beri aku 10
pemuda maka akan kuguncangkan dunia”.
HIDUP MAHASISWA..!!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA..!!!
Komentar
Posting Komentar