Langsung ke konten utama

 

Kekuatan Perlawanan Perempuan

oleh : Nurmayni


Perempuan adalah pusat dari kehidupan sebuah keluarga. Semua perempuan memiliki kodrat yang sama, menjadi ibu, menjadi istri, menjadi pondasi berdirinya sebuah keluarga.

Banyak yang mengatakan, baik buruknya sebuah negara bisa dilihat dari kualitas penduduk perempuannya. Kalimat ini tentu memberi pandangan pada  kita seberapa berpengaruhnya kaum perempuan dalam berdirinya sebuah negara. Karena, negara maju berawal dari sumber daya yang baik, berpendidikan dan tentu saja cerdas. Dan sebagai mana yang kita tahu, bahwa pendidikan dasar yang setiap manusia temukan adalah di rumah. Ibu memiliki peran dan tanggung jawab besar dalam keberhasilan pendidikan dasar ini.

Dari hal diatas dapat di simpulkan bahwa perempuan merupakan tonggak penentu berdirinya sebuah negara, tonggak yang menentukan kokoh atau tidaknya sebuah negara. Lantas, perempuan seperti apa yang sebuah negara butuhkan untuk tetap kokoh? Tentu saja perempuan cerdas yang berpendidikan dan berakhlak mulia. Dari sini, sudah dipastikan bahwa orang-orang yang menganggap bahwa kaum perempuan tidak butuh pendidikan yang layak karena hanya akan berakhir di dapur adalah salah. Jelas-jelas disebutkan dalam salah satu hadist kewajiban mencari ilmu yang bunyinya, "mencari ilmu itu adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan" (HR Ibnu Abdil Barr). Jadi tidak ada alasan suatu organisasi pemerintahan melarang gerak kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan setinggi-tingginya. Untuk kasus di Indonesia, berterimakasihlah pada RA Kartini, yang berkatnya, masyarakat Indonesia akhirnya sadar bahwa perempuan juga layak untuk mendapatkan pendidikan selayaknya kaum laki-laki.

Lalu? Setelah pendidikan yang layak didapatkan oleh kaum perempuan, apa peran perempuan dalam era globalisasi ini?

    Sangat banyak. Peran perempuan di era globalisasi ini tidak hanya mencakup aspek pendidikan generasi-generasi penerus bangsa, tapi juga sebagai tameng keluarga. Menjadi perempuan di era globalisasi seperti ini, perempuan tidak boleh lemah. Perempuan harus mandiri, tegar dan cerdas dalam menghadapi pereubahan-perubahan yang era globalisasi ciptakan. Perempuan harus cukup cerdas dalam memilah perubahan mana yang baik bagi dirinya dan keluarga, dan perubahan mana yang tidak sepatutnya dikonsumsi oleh keluarganya. Karena, walau bagaimanapun, perempuan (bersama pasangannya) bertanggung jawab atas kesejahteraan, kebahagiaan dan pembinaan terhadap generasi penerus bangsa ini.

    Selain itu, perempuan juga berperan sebagai anggota masyarakat, warga negara dan warga dunia yang juga berperan sebagai penjaga ketentraman dan kedamaian lingkungan serta pembawa perubahan menuju dunia yang lebih baik.

    Besarnya peran perempuan di era globalisasi ini sinkron dengan makin eksisnya kaum perempuan diberbagai bidang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya profesi yang dulu kerap dilakukan oleh kaum laki-laki, kini perempuan membuktikan bahwa mereka juga bisa, bahkan tak kalah baik jika diadu kualitasnya. Contohnya, juru parkir, supir bus, montir, bahkan kepala desa dan presiden sekalipun. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal seperti, tuntutan ekonomi misalnya. Inilah yang selama ini kita kenal dengan kesetaraan gender.

    Kesetaraan gender membuktikan kepada dunia bahwa kaum perempuan bukan kaum yang lemah. Kaum perempuan adalah kaum yang mandiri dan tangguh. Dipihak lain, kesetaraan gender dianggap sebagai jalannya kaum perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hal apapun. Jelas anggapan ini salah, islam memandang laki-laki dan perempuan dengan adil dan tanpa diskriminasi. Laki-laki dan perempuan memiliki derajat dan kedudukan yang sama di mata-Nya. Laki-laki dan perempuan mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam menjalani tugas spiritualnya. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang sangat baik dan kedudukan yang terhormat dan adil dalam memberikan tugas dan fungsi masing-masing.

    Tapi mengapa saya mengatakan bahwa anggapan perempuan memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki dalam berbagai hal adalah salah? Karena sudah dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 34 yang artinya, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka" (QS An-Nisaa': 34)

    Jelas bahwa laki-laki lah yang memimpin kaum perempuan. Perempuan tidak dilarang untuk menuntut pendidikan yang tinggi, tapi perlu digaris bawahi bahwa tujuan perempuan dalam menuntut ilmu bukan semata-mata untuk jabatan tinggi dan harta yang banyak, tapi untuk membangun generasi. Perempuan tidak dilarang untuk berkarier dan mempunyai jabatan tinggi, hanya saja perempuan harus tau kodratnya sebagai istri dan ibu. Perempuan harus bisa menyeimbangkan kehidupan kariernya tanpa melupakan semua kewajibannya dalam keluarga.


Jadilah perempuan cerdas dan berkualitas tanpa melupakan kodrat dan tugas.

BAHAGIA HMI

JAYALAH KOHATI

YAKIN USAHA SAMPAI !!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Oleh : Ajeng Febrian Surbakti      Sebagai mahasiswa itu sendiri, kampus adalah rumah kedua kita, tempat kita menimba ilmu dan membentuk mimpi-mimpi yang lama kita bangun. Namun, bayang-bayang kekerasan seksual yang mencuat di UINSU baru-baru ini merobek rasa aman yang seharusnya kita rasakan. Sebagai kader (Himpunan Mahasiswa Islam) HMI, sepatutnya kita tidak bisa tinggal diam. Dalam tulisan ini saya, Ajeng Febrian Surbakti ingin mengulas sedikit lewat teropong kader HMI. Perlu diketahui benang kusut permasalahan ini merupakan tanggung jawab moral kita bersama, bukan hanya sebagai individu, tetapi sebagai bagian dari gerakan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.      Dari sudut pandang mahasiswa, salah satu akar masalah yang paling terasa adalah kurangnya ruang aman dan mekanisme pelaporan yang efektif. D...

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS Oleh: Rizky Nanda Pratama Sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pembahasan ini, ada baiknya kita menilik kembali sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Apa sebenarnya HMI? Mengapa organisasi ini didirikan, dan apa alasan keberadaannya masih dipertahankan hingga kini? Memahami sejarah dan tujuan HMI sangat penting agar setiap kader dapat menyerap pesan yang terkandung di dalamnya. Tanpa pemahaman yang utuh, ada risiko bahwa kader tidak akan terlibat aktif dalam perjuangan untuk mewujudkan misi HMI. Dampaknya bisa beragam: misi yang berbunyi “terbinanya insan akademik, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala” dapat dianggap sebagai sekadar susunan kata tanpa makna, bahkan dapat dianggap sepele sehingga tidak layak untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, memahami HMI secara menyeluruh, termasuk motivasi di balik pendirian...
  Curhatan Mahasiswa Tentang Kuliah Daring Selama Pandemi Oleh : Desi Rambe      Banyak sekali suka duka yang dialami mahasiswa pada saat ini dalam kegiatan kuliah daring selama pandemi. Kuliah daring tentunya berdampak secara langsung civitas akademika kampus, baik itu tenaga pendidik, tenaga kepegawaian, hingga mahasiswa. Mahasiswa merasakan campur aduk antara senang dan sedih dengan keputusan kuliah daring sampai saat ini. Mahasiswa mengaku sedih karena banyaknya kendala dan perkuliahan yang tidak semaksimal kuliah tatap muka, mulai dari kendala jaringan dan lain sebagainya. Dan senangnya kuliah daring karena tidak dipaksakan masuk ke kampus saat kondisi belum membaik sepenuhnya.      Mahasiswa stambuk 2020 yang tidak pernah sama sekali merasakan kegiatan perkuliahan secara tatap muka langsung dengan dosen masih berharap agar bisa dilakukan kegiatan perkuliahan ini secara offline . Banyak haluan yang timbul di benak mahasiswa sewaktu menjadi mahasis...