Kita sebagai kaum intelektual harus senantiasa berhati hati dalam menjaga sikap dasar kita.Terutama bagi kita kaum intelektual yang pernah dibesarkan dalam lingkungan sosio-kultural Islam. Ketajaman kritik kita terhadap umat berhubung dengan generasi attitude nya, jangan sampai menjerumuskan kita pada sikap yang salah dalam menghadapi suatu masalah, sebagaimana kita menjauhkan diri dari sikap membenarkan mereka.
Kita harus benar benar bisa menjauhkan diri dari nilai ganda ( double standard) , nilai ganda yang memihak umat Islam ataupun nilai ganda yang memihak bukan Islam. Ada baiknya kita ingat bahwa mengucapkan assalamualaikum tidak terus berarti Islam, sok ikhlas, sok khusyu' tidak terus berarti Islam, mengobral ayat ayat Al Qur'an tidak terus berarti Islam, pidato pakai shalawat tidak terus berarti Islam. Demikian pula, menyerang gadis pakai kerudung tidak terus berarti moderen, meremehkan pentingnya sholat tidak terus berarti moderen , membela atheisme tidak terus berarti moderen, menolak formalitas tidak terus berarti moderen, mengkritik umat Islam tidak terus berarti moderen, membela orang orang berdansa tidak terus lalu berarti moderen.
"Hal hal tersebut diatas perlu dijaga agar kita janga terjerumus pada sikap keislam-islaman atau kemoderen-moderenan. Yang demikian itu sama sekali tidak berarti saya tidak membenarkan orang yang selalu mengucapkan salam, menulis Arab, mengobral ayat dan lain lainnya".Demikian juga tidak berarti bahwa saya tidak membenarkan orang yang menyerang gadis berkerudung, menyerang umat Islam, menolak formalitas dan lain lain.
Ini penting dalam pembinaan berpikir
bebas , membebaskan diri kita dari tirani dalam diri kita sendiri. Kita harus
berani membebaskan diri dari dua tirani yang berdempet, yakni :
1. tirani kesombongan
a. sok islam tulen
b. sok ikhlas
c. sok moderen
d. sok intelektual
e. sok moralis
f. sok suci
g. dan lain sebagainya
2. Tirani ketakutan
a. Konservatif
b. Atheis
c. Kolot( kuno)
d. Kafir
e. Mu' tazilah
f. Desorientasi( tidak bisa mengendalikan keadaan sekitarnya)
g. Lemah ideologi
h. Imannya diragukan
i. Sekularis
j. Kebarat- baratan
k. Dan lain lainnya
Diakhir
cerita saya mengambil diari yang disampaikan oleh Ahmad wahib.
"
Bagi kita theist dan atheis bisa berkumpul
Muslim
dan kristiani bisa bercanda
Artis
dan atlit bisa bergurau
Kafirin
dan Muttaqien bisa bermesraan
Tapi
Plural
dan anti pluralist tak bisa bertemu
Dia
menyangkut milik manusia yang paling tinggi awal dan akhir pribadi
Dia
menyangkut keterbukaan dan ketertutupan
Dia
menyangkut adanya pribadi atau lenyapnya pribadi
Bagi
kita
Tak
ada pribadi , tak ada manusia
Kemerdekaan
adalah hakekat existensi manusia
Ini
masalah dasar bagi kita
Apalagi
bagi organisasi kader
Yang
sasarannya adalah manusia dengan kepribadiannya".
Refrensi buku pergolakan pemikiran Islam
hal 32-33.
Komentar
Posting Komentar