Roh Penjajah Terpenjara Di Pikiran Kita
Oleh : Jejak Tinta
Berlaku adil sejak dalam pikiran, sebuah kalimat yang lahir lewat
karya Pramoedya di bukunya Bumi Manusia mengisahkan seorang perempuan biasa
menjadi gundik lelaki Eropa, seorang pribumi biasa di jual sang ayah hanya
karena ia merasa hina tak memiliki harta sehingga menjual sang putri ketangan
lelaki eropa akibatnya ia di hina masyarakat sesama nya tanpa tahu duduk
perkara.
Begitulah suasana penjajahan belanda, menilai orang dari material
manusianya, menghirarkikan manusia meleraikan pemuda berdarah Eropa dengan
pribumi biasa – pribumi biasa dengan pribumi jelata suatu, kesenjangan sosial
yang begitu indah di mata penjajah. Beruntung kita tak sama di zaman minke sang
tokoh utama di bumi manusia setidak-tidaknya kita memaknai cinta sepuas puas
nya tanpa takut material manusianya.
Teman…....!!! penulis
mencoba beranikan diri untuk bertanya kepada dhamir ( hati kecil ) kita, adakah
kesaman kita dengan yang di kisahkan Pramoedya ? samakah pemikiran kita dengan
penjajah ? beranikah kita keluar dari sosio kultural penjajah ?. ya teman….
kita tak jauh beda dari mereka meski merdeka menelan pendapat umum tanpa tahu
duduk perkara menilai insan terlalu cepat hanya karena bungkusan nya kriminal
di mata. Sang penulis mengutip sebuah hadist teman.
وَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ
يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَ رِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ
Diriwatkan dari abu hurairah abdirrahman bin syahrin radhiyallahu
‘anhu, ‘rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”sesungguhnya allah
tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula wajah kalian, melainkan dia
melihat kepada hati kalian.”(di riwayatkan muslim).
Bahkan allah swt yang berhak menerima segala pujian baik lahir
batin tak terniat sedikitpun menilai seorang hamba dari bentuk rupanyha, kita
seorang insanul muslimin mengamini hablum minallah hablum minannas selalu menginklusifkan
seorang insan yang tak selinear dengan nilai pikiran. Jika demikian adakah
perbedaan dengan penjajahan ? . sang penulis mengutip sastra arab,
لاَ تَحْتَقِرْ
مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ
Laa tahtaqir man duunaka fa likulli syai-in maziyyatun
Artinya : Jangan menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena segala sesuatu itu mempunyai kelebihan.
Teman…. tak perlu berculas diri hanya perlu determinasi, benar pendapat umum perlu harus di hormati bahkan di indahkan jika benar jika salah mengapa harus di hormati dan di indahkan . berlaku adil lah sejak dalam pikiran stidak-tidaknya bila hatimu masih bertanya tanpa menyinggung rasa, hatinya tenang di sinari surya khatulistiwa. Jangan pernah mengadili seorang insan tanpa tahu duduk perkara.
mantap...lanjutkan abgda..💪💪
BalasHapus