Langsung ke konten utama

 

NASIB MAHASISWA DI TENGAH PANDEMI

Oleh : Ahmad Fuadi Nasution

    Jika semua bisa berjalan dengan protokol kesehatan, kenapa kampus dan tempat menimba ilmu lainnya tidak bisa? Bagaimana dengan para pelajar yang fasilitas nya tidak memadai atau bahkan tidak ada ?  Sampai kapan bertahan daring seperti ini? Jika tidak ada interaksi sosial, buat siapa kita hidup? Dan untuk apa kita berkehidupan? . Pertanyaan ini sering kali muncul pada saat penulis sedang merenung di bilik kamar nya, sepertinya birokrat dan instansi negara terkait harus bijak dan cerdas dalam memutuskan dan membuat kebijakan yang pro kebawah bukan keatas .
Baik untuk pertanyaan pertama begini, "Pembelajaran di perguruan tinggi di semua zona masih dilakukan secara daring, masih online, belum belajar tatap muka, belum masuk," papar Nadiem. Alasan mengapa kampus dilarang untuk tatap muka, menurut Nadiem, universitas memiliki potensi mengadopsi pembelajaran jarak jauh lebih mudah ketimbang pendidikan menengah dan dasar. Untuk mata kuliah yang tidak dapat dilaksanakan secara daring, Nadiem menyarankan untuk meletakkannya di bagian akhir semester. Kecuali untuk sejumlah aktivitas prioritas yang memengaruhi kelulusan mahasiswa, maka pemimpin perguruan tinggi boleh mengizinkan mahasiswa untuk ke kampus. Lalu bagaimana dengan berita ini ? Komisi Pemilihan Umum tetap mengizinkan beberapa bentuk kegiatan kampanye, salah satunya berupa konser pada Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2020. Namun dengan berbagai catatan karena berada dalam situasi pandemi Covid-19.

"Ada ketentuan dalam undang-undang dan dalam peraturan memang diatur demikian. Bagi KPU tentu tidak mudah juga menghapus bentuk-bentuk kampanye itu karena undang-undangnya masih sama, dasar penyelenggaraan pilkada ini kan masih Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016," kata anggota KPU RI I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi di Jakarta. Oleh karena itu, KPU tetap mengizinkan bentuk-bentuk kampanye yang diatur dalam undang-undang pemilu. Namun, harus ada penyesuaian dengan situasi pandemi yang terjadi saat ini.“Boleh konser, rapat umum, bazar dengan catatan menyesuaikan dengan regulasi protokol kesehatan dan tentu telah disepakati d alam rapat koordinasi stakeholder," katanya.

Dari kutipan berita tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa yang lebih penting adalah menciptakan para politikus baru daripada generasi yang lebih cerdas kedepan, setiap harinya generasi pada hari ini hanya dicekoki dengan berita artis yang cerai, politikus yang korupsi, politik adu domba dan hal-hal buruk yang dilakukan para pemangku jabatan di pemerintahan pada hari ini, sungguh membosankan sekali semua hanya mementingkan perut sejengkal nya ketimbang masyarakat adil makmur yang di cita-cita kan pancasila sila ke 5. Bahkan para akademisi pun ikut terlibat aktif dan mengedepankan politik praktis nya untuk mengejar jabatan, materi, eksistensi dan hal yang kurang bermanfaat lainnya.

Pabrik-pabrik, tempat bekerja,tempat nongkrong dan yang lainnya yang membuat kerumunan sudah banyak di buka dan pendidikan juga belum ada putusan resmi dan konkrit dari pemerintah, benar saja ekonomi lebih penting ketimbang pendidikan untuk regenerasi yang akan mendatang. Apa hal yang ditakutkan pemerintah jika kampus dibuka kembali? Padahal banyak riset yang membuktikan bahwa tingkat kesadaran mahasiswa khususnya lebih tinggi dan juga covid tidak sebahaya yang digaungkan oleh media dan influencer hari ini .

Oke kita lanjut, Mereka mengatakan, keterbatasan fasilitas pendukung hingga ketidaksiapan siswa belajar di rumah, membuat sistem itu "belum efektif"- keadaan yang mengakibatkan capaian akademik siswa "tertinggal", menurut seorang pengamat pendidikan. Mereka mengatakan, keterbatasan fasilitas pendukung hingga ketidaksiapan siswa belajar di rumah, membuat sistem itu "belum efektif"- keadaan yang mengakibatkan capaian akademik siswa "tertinggal", menurut seorang pengamat pendidikan. Ia mengatakan tak semua dari siswanya, yang kebanyakan anak dari petani, memiliki ponsel. Karenanya, ia harus mengunjungi rumah siswa-siswanya untuk mengajar secara langsung, hal yang dilakukannya secara sukarela meski dikatakannya "belum mendapatkan insentif". Hal ini menunjukkan bahwa cita-cita Negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa jauh dari kata berhasil di tengah kondisi Covid-19 semakin membuat kacau sistem pendidikan di Indonesia yang sudah tidak merata dari awal .

Next, sampai kapan daring seperti ini?  Tentu sudah jelas bahwa pemerintah dan birokrat dikampus tidak memberikan regulasi dan keputusan yang jelas dalam menyikapi suasana pandemic ini . dari hal kecil misalnya pengurangan biaya UKT, subsidi kuota cara belajar yang efektif tidak juga ada diberikan pemerintah dan birokrat serta pejabat di sekolah, tidak merata, tidak konkrit dan bebelit .

Nah begini kira-kira, Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, tapi sangat membutuhkan peran orang lain. Karena kita hidup di dunia ini saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dalam buku Pengelolaan Lingkungan Sosial (2005), sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri. Di mana pun dan bila mana pun, manusia senantiasa memerlukan kerja sama dengan orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial di antara sesama dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan. Dalam kehidupan bersamanya, manusia memerlukan pula adanya organisasi, yaitu jaringan interaksi sosial antar sesama untuk menjamin ketertiban sosial. Interaksi-interaksi itulah yang kemudian melahirkan sesuatu yang dinamakan lingkungan hidup, seperti keluarga inti, keluarga luas, atau kelompok masyarakat.

Lingkungan hidup itu sebagai tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota atau kelompok masyarakat beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma yang sudah mapan. Manusia memerlukan lingkungan sosial yang serasi untuk kelangsungan hidup. Lingkungan hidup yang serasi bukan hanya dibutuhkan oleh seseorang saja, tapi juga oleh seluruh orang di dalam kelompoknya. Untuk mewujudkan itu dibutuhkan kerja sama kolektif di antara sesama anggota. Kerja sama tersebut dilakukan untuk membuat dan melaksanaan aturan-aturan yang disepakati bersama sebagau mekanisme pengendalian perilaku sosial. Kehidupan manusia cukup beragam, seperti kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, kebutuhan keamanan, kebutuhan pendidikan, dan kebutuhan kesehatan. 

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), manusia membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Manusia perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama. Selain itu manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari kelompok-kelompok manusia, sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berinteraksi dengan masyarakat. Ciri- ciri manusia sebagai makhluk sosial Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk saling tolong menolong, setia kawan dan toleransi serta simpati dan empati terhadap sesamanya. Keadaan inilah yang menjadikan masyarakat yang baik, harmonis dan rukun, hingga timbullah norma, etika dan kesopan santunan yang dianut oleh masyarakat. Ketika itu dilanggar atau terabaikan maka terjadilah yang dinamakan penyimpangan sosial.

Di penghujung tulisan yang sederhana dan kurang bermakna ini penulis pikir ini adalah hal yang sangat jelas dan harus menjadi pertimbangan para pemangku jabatan agar segera memutuskan atau memberi solusi konkrit ditengah musibah yang menimpa negara pada hari ini. Entah itu menciptakan penawar dari virus ini atau kebijakan konkrit yang adil agar tidak ada masyarakat yang merasa dirugikan dan bingung karna ketidakjelasan pemangku jabatan dalam menyikapi hal ini. Hampir semua Mahasiswa/i dan Siswa/i jenuh dan stress  karna pembelajaran melalui daring tak kunjung usai perharinya mereka harus menatap layar hape atau komputernya bagi yang mempunyai selama 4 jam lebih belum lagi ditambah tugas yang terkadang diluar logika.

Semoga ada gebrakan dan gerakan baru yang lebih baik dan pro masyarakat karna sejatinya tugas daripada Negara adalah melindungi dan memberikan kenyaman kepada rakyatnya jangan biarkan masyarakat menganggap bahwa Negara ini adalah Negara lelucon, Negara pembisnis, Negara para fasis yang dalangnya adalah asing. Semangat menuju Indonesia yang lebih baik agar cita-cita pak presiden yang terhormat “Indonesia Emas 2045” dapat terwujud bukan hanya slogan dan simbol semata. 


Komentar

  1. Kapan kita bisa ke LLDIKTI tum...surat edaran udah keluar untuk januari ini di pembelajaran 2020/2021...kita duduk bersama untuk hal itu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Oleh : Ajeng Febrian Surbakti      Sebagai mahasiswa itu sendiri, kampus adalah rumah kedua kita, tempat kita menimba ilmu dan membentuk mimpi-mimpi yang lama kita bangun. Namun, bayang-bayang kekerasan seksual yang mencuat di UINSU baru-baru ini merobek rasa aman yang seharusnya kita rasakan. Sebagai kader (Himpunan Mahasiswa Islam) HMI, sepatutnya kita tidak bisa tinggal diam. Dalam tulisan ini saya, Ajeng Febrian Surbakti ingin mengulas sedikit lewat teropong kader HMI. Perlu diketahui benang kusut permasalahan ini merupakan tanggung jawab moral kita bersama, bukan hanya sebagai individu, tetapi sebagai bagian dari gerakan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.      Dari sudut pandang mahasiswa, salah satu akar masalah yang paling terasa adalah kurangnya ruang aman dan mekanisme pelaporan yang efektif. D...

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS Oleh: Rizky Nanda Pratama Sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pembahasan ini, ada baiknya kita menilik kembali sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Apa sebenarnya HMI? Mengapa organisasi ini didirikan, dan apa alasan keberadaannya masih dipertahankan hingga kini? Memahami sejarah dan tujuan HMI sangat penting agar setiap kader dapat menyerap pesan yang terkandung di dalamnya. Tanpa pemahaman yang utuh, ada risiko bahwa kader tidak akan terlibat aktif dalam perjuangan untuk mewujudkan misi HMI. Dampaknya bisa beragam: misi yang berbunyi “terbinanya insan akademik, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala” dapat dianggap sebagai sekadar susunan kata tanpa makna, bahkan dapat dianggap sepele sehingga tidak layak untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, memahami HMI secara menyeluruh, termasuk motivasi di balik pendirian...
  Curhatan Mahasiswa Tentang Kuliah Daring Selama Pandemi Oleh : Desi Rambe      Banyak sekali suka duka yang dialami mahasiswa pada saat ini dalam kegiatan kuliah daring selama pandemi. Kuliah daring tentunya berdampak secara langsung civitas akademika kampus, baik itu tenaga pendidik, tenaga kepegawaian, hingga mahasiswa. Mahasiswa merasakan campur aduk antara senang dan sedih dengan keputusan kuliah daring sampai saat ini. Mahasiswa mengaku sedih karena banyaknya kendala dan perkuliahan yang tidak semaksimal kuliah tatap muka, mulai dari kendala jaringan dan lain sebagainya. Dan senangnya kuliah daring karena tidak dipaksakan masuk ke kampus saat kondisi belum membaik sepenuhnya.      Mahasiswa stambuk 2020 yang tidak pernah sama sekali merasakan kegiatan perkuliahan secara tatap muka langsung dengan dosen masih berharap agar bisa dilakukan kegiatan perkuliahan ini secara offline . Banyak haluan yang timbul di benak mahasiswa sewaktu menjadi mahasis...