Langsung ke konten utama

Tamat 4 tahun , mungkinkah ?

 

Tamat 4 tahun, mungkinkah ?

Oleh: Ahmad Fuadi Nasution

Melihat titik balik perpolitikan, gejolak, keadaan dan yang lainnya di UINSU perlu kiranya kebijakan dan sloganisme yang muncul di priodesasi awal Rektor UINSU di lihat dan kita tinjau dilapangan. Terkhusus hari ini penulis ingin sedikit menjabarkan apa yang terjadi di Fakultas nya (FKM), semua dosen ingin agar mahasiswanya berkualitas dengan kegiatan yang bernuansa akademis, namun pada hari ini keinginan itu malah menjadi belenggu sehingga terjadi proses dilematis yang panjang pada mahasiswa FKM, terlebih lagi melihat kondisi kurikulum yang berlaku saat ini. Kenapa penulis mengatakan hal itu, baik mari kita tinjau apa yang terjadi sebenarnya.

Pada semester awal menjadi mahasiswa, tentunya mahasiswa buta akan ruang lingkup kampus sehingga mahasiswa menginginkan informasi yang valid dari pihak fakultas. Namun hal tersebut menjadi problematik dikarenakan tidak ada keterbukaan informasi yang jelas sehingga menimbulkan banyak masalah. Lalu, dalam nuansa akademis kita lihat bahwa tidak ada mata kuliah Filsafat Kesehatan atau Filsafat secara umum di FKM sendiri, padahal itu sangat penting untuk mendukung daya kritis dan cara mahasiswa menemukan pola berpikirnya, ini menjadi problem karna pada awalnya mata kuliah ini pernah diajarkan lantas hari ini kenapa di tiadakan.

Baik mari kita lanjut, masalah selanjutnya adalah dalam hal pengambilan mata kuliah dan penyusunan KRS yang tidak tertib. Akhirnya menjadikan mahasiswa dilematis dalam langkah awal menjalani perkuliahan, ini berimbas pada bingungnya mahasiswa dalam mengambil mata kuliah semester atas pada masa pengisian KRS. Begini, jika ada mahasiswa Semester IV mengambil mata kuliah Semester VI. Apakah bisa? Sementara Semester itu mata kuliahnya Lintas Peminatan artinya mahasiswa yang sudah mengambil peminatan, nah bagaimana dengan hal ini dan yang anehnya Prodi membolehkan, artinya ada kesalahan berpikir pada Prodi hari ini. Ini menandakan kondisi Administrasi di FKM sangat sembraut, ada masalah dalam Administrasi di FKM UIN-SU sehingga tidak jelas arah dan tujuannya. Penulis pikir perlu kiranya dosen dan mahasiswa berbincang dan bertukar gagasan mengenai kebijakan yang akan diambil, disini titik ketidakterbukaan tadi.

Selanjutnya, belum lagi kebijakan Rektor tentang pemindahan kampus FKM ini juga problematik yang mahasiswa FKM sendiri, dilema karena simpang siur berita ada yang mengatakan bahwa FKM akan pindah ke tuntungan dan ada yang mengatakan FKM akan pindah ke Tebing Tinggi atau jangan-jangan FKM dibagi di dua tempat yag berbeda nan jauh secara garis teritorial. Artinya perlulah pihak birokrasi mendengarkan pendapat dari mahasiswa FKM itu sendiri tentang hal ini, kami bukan domba yang seenakmya di kebiri oleh pihak birokrat kami manusia kami punya daya nalar untuk mengatakan keluh kesah kami.

            Pada Semester VI dan VII ada mata kuliah wajib yaitu Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) dan Latihan Kerja Peminatan (LKP), disini juga kita lihat mahasiswa dibiarkan mandiri ketika tidak mendapatkan tempat praktek tersebut, pihak prodi juga tidak ada meberikan solusi, ini menandakan bahwa tidak MOU yang jelas antara Fakultas dengan pihak eskternal dan lembaga terkait lainnya. Muncul pertanyaan apakah semua pemangku jabatan di kampus yg katanya ruang akademik hanya menjadikan UIN sebatas deal-deal an politik praktis dalam artian mengambil keuntungan pada kalangan tertentu saja? Ini juga problem yang membuat mahasiswa dilema, dilihat bahwa lamanya prodi untuk bergerak dalam melakukan penyelesaian administrasi padahal tuntutan akademis Semester VIII seharusnya sudah bisa selesai. Belum lagi belakangan waktu mahasiswa menerima kesan yang kurang baik pada Prodi baru pada saat pembekalan LKP, Prodi menunjukkan ke arogansian nya pada awal priodesasi ini dan terus akan menjadi bekas mendalam pada mahasiswa. Ini berimbas dan terlihat pada belum keluarnya nilai LKP sementara Semester sudah usai, pada hari ini semua hal-hal yang terjadi menunjukkan bahwa prodi tidak siap dan sigap sehingga mengalami keterlambatan. Merujuk pada struktural di FKM hari ini yang dimana kita ketahui bahwa ada slot kosong, yang harusnya sudah terisi untuk menangani hal-hal seperti itu. Rektor belum usai juga menyusun semua hal dasar agar semua proses akademik lancar mohon kiranya menjadi perhatian khusus untuk Rektor karna hanya FKM yang belum selesai artinya ada semacam kesepelean dari pihak yang bersangkutan dengan fakultas kami sendiri.

Diakhir penulis menyimpulkan bahwa melihat tragedi itu tamat 4 tahun , mungkinkah? Banyak lagi keluhan dan masalah yang terjadi namun ha-hal diatas menjadi problem sentral yang dialami di ruang lingkup FKM, harapannya semoga setelah ini kita semua bermuhasabah dan bermusyawarah terkait beberapa masalah yang terjadi agar kiranya apa yang diharapkan bersama tercapai tentu dalam menempah insan yang akademis dan mengabdi untuk negeri ini kedepan hari. Saya yakin dan percaya jika semua diawali dengan niat baik maka baiklah semua yang akan terjadi dan sebaliknya, terlebih penulis hanya berharap agar sekiranya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan ditetapkan berguna juga berdampak baik untuk semua lingkup civitas akademika, tidak hanya berdampak baik dan menguntungkan salah satu pihak, tidak banyak harapan lainnya yang penulis inginkan, kedepannya semoga dalam setiap pembuat kebijakan agar sekiranya ikut melibatkan, memikirkan serta mengedepankan kepentingan seluruh mahasiswa.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Oleh : Ajeng Febrian Surbakti      Sebagai mahasiswa itu sendiri, kampus adalah rumah kedua kita, tempat kita menimba ilmu dan membentuk mimpi-mimpi yang lama kita bangun. Namun, bayang-bayang kekerasan seksual yang mencuat di UINSU baru-baru ini merobek rasa aman yang seharusnya kita rasakan. Sebagai kader (Himpunan Mahasiswa Islam) HMI, sepatutnya kita tidak bisa tinggal diam. Dalam tulisan ini saya, Ajeng Febrian Surbakti ingin mengulas sedikit lewat teropong kader HMI. Perlu diketahui benang kusut permasalahan ini merupakan tanggung jawab moral kita bersama, bukan hanya sebagai individu, tetapi sebagai bagian dari gerakan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.      Dari sudut pandang mahasiswa, salah satu akar masalah yang paling terasa adalah kurangnya ruang aman dan mekanisme pelaporan yang efektif. D...

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS Oleh: Rizky Nanda Pratama Sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pembahasan ini, ada baiknya kita menilik kembali sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Apa sebenarnya HMI? Mengapa organisasi ini didirikan, dan apa alasan keberadaannya masih dipertahankan hingga kini? Memahami sejarah dan tujuan HMI sangat penting agar setiap kader dapat menyerap pesan yang terkandung di dalamnya. Tanpa pemahaman yang utuh, ada risiko bahwa kader tidak akan terlibat aktif dalam perjuangan untuk mewujudkan misi HMI. Dampaknya bisa beragam: misi yang berbunyi “terbinanya insan akademik, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala” dapat dianggap sebagai sekadar susunan kata tanpa makna, bahkan dapat dianggap sepele sehingga tidak layak untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, memahami HMI secara menyeluruh, termasuk motivasi di balik pendirian...
  Curhatan Mahasiswa Tentang Kuliah Daring Selama Pandemi Oleh : Desi Rambe      Banyak sekali suka duka yang dialami mahasiswa pada saat ini dalam kegiatan kuliah daring selama pandemi. Kuliah daring tentunya berdampak secara langsung civitas akademika kampus, baik itu tenaga pendidik, tenaga kepegawaian, hingga mahasiswa. Mahasiswa merasakan campur aduk antara senang dan sedih dengan keputusan kuliah daring sampai saat ini. Mahasiswa mengaku sedih karena banyaknya kendala dan perkuliahan yang tidak semaksimal kuliah tatap muka, mulai dari kendala jaringan dan lain sebagainya. Dan senangnya kuliah daring karena tidak dipaksakan masuk ke kampus saat kondisi belum membaik sepenuhnya.      Mahasiswa stambuk 2020 yang tidak pernah sama sekali merasakan kegiatan perkuliahan secara tatap muka langsung dengan dosen masih berharap agar bisa dilakukan kegiatan perkuliahan ini secara offline . Banyak haluan yang timbul di benak mahasiswa sewaktu menjadi mahasis...