Langsung ke konten utama

Kuliah Online, Masih Efektifkah?

 


Kuliah Online, Masih Efektifkah?

Oleh : Mahfira Aulia Syifa

     Pandemi COVID-19 yang belum mereda hingga saat ini memberikan dampak pada  mahasiswa. Tidak hanya mahasiswa di Indonesia, akan tetapi hampir di seluruh dunia pun tidak bisa mulai melaksanakan perkuliahan secara tatap muka. Hal tersebut disebabkan oleh larangan berkumpul dalam skala besar guna mencegah penyebaran COVID-19. Karena hal tersebut mahasiswa diharuskan belajar secara online atau daring.

     Nah, muncul pertanyaan dalam benak penulis apakah pembelajaran secara daring terbukti efektif bagi mahasiswa?

Berbeda dari kuliah atau belajar secara tatap muka, belajar secara online lebih susah. Mengapa penulis bilang demikian?

    Jika belajar secara online, kita harus menggunakan handphone atau laptop  agar bisa mengikuti perkuliahan. Akan tetapi, pada kenyataannya belajar secara online seringkali terjadi pembelajaran pasif. Maknanya, mahasiswa tidak “dituntut” untuk aktif pada saat perkuliahan berlangsung. Sehingga tidak sedikit mahasiswa pada saat kuliah online sambil makan, tidur, bahkan bekerja. Padahal, seperti yang kita ketahui bersama bahwa syarat komunikais yang baik yaitu komunikasi yang berjalan dua arah dimana si pembicara dan pendengar dapat berkerjasama dengan baik sehingga bisa dikatakan berhasil. Tetapi kenyataannya yang terjadi banyak sekali hanya dosen saja yang bersemangat dalam memberikan materi pembelajaran, tak jarang mahasiswa hanya diam dan mendengarkan tanpa ada inisiatif untuk bertanya. 

    Dosen-dosen pada umumnya hanya menjelaskan secara teoritis tanpa disertai contoh praktis. Bahkan tidak sedikit dosen yang hanya memberikan bahan kuliah untuk dipelajari secara mandiri, sehingga mahasiswa kesulitan untuk memahami dan memaknai.

      Setiap individu memiliki kemampuan pemahaman terhadap suatu materi yang berbeda-beda. Ada yang dengan mendengarkan saja sudah mampu menguasai materi, ada yang harus memahami berulang kali hingga memerlukan penjelasan dengan media tertulis hanya untuk memahami materi sederhana. Kesimpulannya, perkuliahan daring belum secara optimal mampu membuat mahasiswa paham akan suatu materi yang diberikan.

    Akibatnya, mahasiswa menjadi kurang peduli dan tidak aktif untuk berdiskusi, bahkan ada yang beranggapan “yang penting hadir aja”.  Belum lagi dengan berbagai masalah teknis dalam perkuliahan online. Tidak semua mahasiswa memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang pembelajaran secara online dan tidak semua wilayah di Indonesia memiliki koneksi internet yang stabil.

    Mereka yang tinggal di desa biasanya memiliki keterbatasan koneksi internet sehingga harus bersusah payah mencari sinyal, seperti naik ke gunung, pergi menuju daerah jauh yang jaraknya lebih dari 30 menit demi mendapatkan koneksi stabil yang stabil, dan lain-lain.

    Perlu digaris bawahi, dalam kondisi seperti ini menyalahkan dan menyudutkan salah satu pihak tanpa memberikan solusi bukanlah hal yang patut untuk dilakukan. Saya dan mungkin beberapa diantara kalian pasti juga percaya bahwa dosen-dosen dan tenaga kependidikan yang lain sudah berusaha sekuat tenaga untuk  menyampaikan materi dan ilmu seefektif mungkin.

    Kita pun sebagai mahasiswa juga berusaha sekuat tenaga agar segala materi yang diberikan dapat dipahami walaupun harus dihadapi dengan berbagai kendala.

        Dalam merumuskan suatu kebijakan dan solusi, tentu saja memerlukan banyak pertimbangan, perlu banyak masukan dari berbagai pihak, serta partisipasi aktif oleh semua pihak. Suatu kebijakan yang telah dirumuskan pemerintah, tidak akan berjalan dengan efektif apabila kita sebagai masyarakat masih bersikap tidak peduli alias bodo amat.

Sampai kapankah pembelajaran seperti ini akan terus dilaksanakan?

Hingga blog ini ditulis pun, pandemi masih belum mereda, pembelajaran pun masih dengan sistem daring, bukan tatap muka.


    Akhir kata, walaupun kita masih “dipaksa” untuk menjaga jarak, belajar secara online dan mandiri, bukanlah menjadi penghalang bagi kita sebagai mahasiswa untuk terus berkarya, mengeksplorasi hobi dan kegiatan baru, berpartisipasi sebagai sukarelawan ataupun magang. Pandemi bukanlah penghalang, akan tapi sebagai “penantang” baru kita.

    Mampu kah kalian menjawab tantangan tersebut? Tentu hanya kalian yang mampu menjawabnya.Semoga pandemi ini bisa segera berlalu dan kita bisa kembali pada rutinitas normal seperti sedia kala dalam keadaan yang sehat.

Tetap semangat, tetap patuhi protokol kesehatan memakai masker dan jaga kesehatan. 

Hidup Mahasiswa!


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Teropong Kader HMI: Mengurai Benang Kusut Kekerasan Seksual di Lingkungan Kampus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Oleh : Ajeng Febrian Surbakti      Sebagai mahasiswa itu sendiri, kampus adalah rumah kedua kita, tempat kita menimba ilmu dan membentuk mimpi-mimpi yang lama kita bangun. Namun, bayang-bayang kekerasan seksual yang mencuat di UINSU baru-baru ini merobek rasa aman yang seharusnya kita rasakan. Sebagai kader (Himpunan Mahasiswa Islam) HMI, sepatutnya kita tidak bisa tinggal diam. Dalam tulisan ini saya, Ajeng Febrian Surbakti ingin mengulas sedikit lewat teropong kader HMI. Perlu diketahui benang kusut permasalahan ini merupakan tanggung jawab moral kita bersama, bukan hanya sebagai individu, tetapi sebagai bagian dari gerakan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.      Dari sudut pandang mahasiswa, salah satu akar masalah yang paling terasa adalah kurangnya ruang aman dan mekanisme pelaporan yang efektif. D...

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS

HMI ANTARA KEKUASAAN INTELEKTUAL ATAU DEGRADASI INTEGRITAS Oleh: Rizky Nanda Pratama Sebelum kita melangkah lebih jauh dalam pembahasan ini, ada baiknya kita menilik kembali sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Apa sebenarnya HMI? Mengapa organisasi ini didirikan, dan apa alasan keberadaannya masih dipertahankan hingga kini? Memahami sejarah dan tujuan HMI sangat penting agar setiap kader dapat menyerap pesan yang terkandung di dalamnya. Tanpa pemahaman yang utuh, ada risiko bahwa kader tidak akan terlibat aktif dalam perjuangan untuk mewujudkan misi HMI. Dampaknya bisa beragam: misi yang berbunyi “terbinanya insan akademik, pencipta, dan pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala” dapat dianggap sebagai sekadar susunan kata tanpa makna, bahkan dapat dianggap sepele sehingga tidak layak untuk diperjuangkan. Oleh karena itu, memahami HMI secara menyeluruh, termasuk motivasi di balik pendirian...
  Curhatan Mahasiswa Tentang Kuliah Daring Selama Pandemi Oleh : Desi Rambe      Banyak sekali suka duka yang dialami mahasiswa pada saat ini dalam kegiatan kuliah daring selama pandemi. Kuliah daring tentunya berdampak secara langsung civitas akademika kampus, baik itu tenaga pendidik, tenaga kepegawaian, hingga mahasiswa. Mahasiswa merasakan campur aduk antara senang dan sedih dengan keputusan kuliah daring sampai saat ini. Mahasiswa mengaku sedih karena banyaknya kendala dan perkuliahan yang tidak semaksimal kuliah tatap muka, mulai dari kendala jaringan dan lain sebagainya. Dan senangnya kuliah daring karena tidak dipaksakan masuk ke kampus saat kondisi belum membaik sepenuhnya.      Mahasiswa stambuk 2020 yang tidak pernah sama sekali merasakan kegiatan perkuliahan secara tatap muka langsung dengan dosen masih berharap agar bisa dilakukan kegiatan perkuliahan ini secara offline . Banyak haluan yang timbul di benak mahasiswa sewaktu menjadi mahasis...